farmakologi kisi kisi bagian 2
BATUK
Ada perbedaan antara batuk produktif dan batuk kering. Batuk produktif biasanya disertai dengan produksi lendir atau dahak, sedangkan batuk kering tidak disertai dengan produksi lendir atau dahak. Berikut adalah perbedaan, obat yang tersedia, penyebab, dan langkah pencegahan untuk masing-masing jenis batuk:
Batuk Produktif:
- Batuk produktif biasanya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan, seperti pilek atau bronkitis.
- Gejala batuk produktif meliputi batuk dengan produksi lendir atau dahak, sesak napas, dan rasa tidak nyaman di dada.
- Obat yang tersedia untuk batuk produktif termasuk ekspektoran, yang membantu melonggarkan lendir dan memudahkan pengeluarannya. Contoh obat ekspektoran adalah guaifenesin.
- Penyebab batuk produktif dapat meliputi infeksi virus atau bakteri, alergi, merokok, atau paparan zat iritan.
- Langkah pencegahan untuk batuk produktif meliputi menjaga kebersihan tangan, menghindari paparan zat iritan, dan menghindari merokok.
Batuk Kering:
- Batuk kering biasanya disebabkan oleh iritasi pada tenggorokan atau saluran pernapasan.
- Gejala batuk kering meliputi batuk tanpa produksi lendir atau dahak, tenggorokan kering, dan rasa gatal di tenggorokan.
- Obat yang tersedia untuk batuk kering termasuk antitusif, yang membantu menghentikan batuk. Contoh obat antitusif adalah dekstrometorfan.
- Penyebab batuk kering dapat meliputi iritasi tenggorokan akibat udara kering, alergi, asma, atau efek samping dari penggunaan obat-obatan tertentu.
- Langkah pencegahan untuk batuk kering meliputi menjaga kelembapan udara di dalam ruangan, menghindari paparan zat iritan, dan menghindari merokok.
Berikut adalah beberapa klasifikasi obat antihipertensi beserta contohnya:
1. ACE inhibitor (Inhibitor Enzim Konversi Angiotensin)
Contoh: Lisinopril, Enalapril
Dosis umum: Lisinopril 10-40 mg per hari, Enalapril 5-40 mg per hari
Dosis maksimum: Lisinopril 80 mg per hari, Enalapril 40 mg per hari
2. ARB (Angiotensin II Receptor Blocker)
Contoh: Losartan, Valsartan
Dosis umum: Losartan 25-100 mg per hari, Valsartan 80-320 mg per hari
Dosis maksimum: Losartan 100 mg per hari, Valsartan 320 mg per hari
3. Beta blocker
Contoh: Atenolol, Metoprolol
Dosis umum: Atenolol 25-100 mg per hari, Metoprolol 50-200 mg per hari
Dosis maksimum: Atenolol 100 mg per hari, Metoprolol 200 mg per hari
4. Diuretik
Contoh: Hidroklorotiazid, Furosemid
Dosis umum: Hidroklorotiazid 12.5-50 mg per hari, Furosemid 20-80 mg per hari
Dosis maksimum: Hidroklorotiazid 50 mg per hari, Furosemid 80 mg per hari
5. CCB (Calcium Channel Blocker)
Contoh: Amlodipin, Nifedipin
Dosis umum: Amlodipin 5-10 mg per hari, Nifedipin 30-90 mg per hari
Dosis maksimum: Amlodipin 10 mg per hari, Nifedipin 90 mg per hari
6. Alpha blocker
Contoh: Prazosin, Doxazosin
Dosis umum: Prazosin 1-10 mg per hari, Doxazosin 1-16 mg per hari
Dosis maksimum: Prazosin 10 mg per hari, Doxazosin 16 mg per hari
7. Vasodilator
Contoh: Minoxidil, Hydralazine
Dosis umum: Minoxidil 2.5-40 mg per hari, Hydralazine 10-300 mg per hari
Dosis maksimum: Minoxidil 40 mg per hari, Hydralazine 300 mg per hari
Antibiotik adalah senyawa yang digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Mereka bekerja dengan menghentikan pertumbuhan bakteri atau membunuhnya. Antibiotik dapat diklasifikasikan berdasarkan spektrum kerjanya dan mekanisme kerjanya.
Penggolongan antibiotik berdasarkan spektrum kerjanya:
1. Spektrum luas: Antibiotik dalam kelompok ini efektif melawan banyak jenis bakteri, baik gram positif maupun gram negatif. Contohnya adalah sulfonamid, ampisilin, sefalosporin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan rifampisin.
2. Spektrum sempit: Antibiotik dalam kelompok ini hanya efektif melawan beberapa jenis bakteri, baik gram positif maupun gram negatif. Contohnya adalah eritromisin, klindamisin, kanamisin, streptomisin, dan gentamisin.
Penggolongan antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya:
1. Inhibitor sintesis dinding sel bakteri: Antibiotik dalam kelompok ini menghambat pembentukan dinding sel bakteri, sehingga menyebabkan kematian bakteri. Contohnya adalah penisilin, polipeptida, dan sefalosporin.
2. Inhibitor transkripsi dan replikasi: Antibiotik dalam kelompok ini menghambat proses transkripsi dan replikasi DNA bakteri. Contohnya adalah kuinolon.
3. Inhibitor sintesis protein: Antibiotik dalam kelompok ini menghambat produksi protein dalam bakteri, sehingga menghentikan pertumbuhan dan reproduksi bakteri. Contohnya adalah makrolida, aminoglikosida, dan tetrasiklin.
4. Inhibitor fungsi membran sel: Antibiotik dalam kelompok ini mengganggu fungsi membran sel bakteri. Contohnya adalah ionomisin dan valinomisin.
Obat antiparasit digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh parasit, seperti cacing, amuba, ektoparasit, jamur parasit, dan protozoa. Contoh obat antiparasit adalah mebendazol, albendazol, metronidazol, dan ivermectin.
Obat antiviral digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus, seperti flu, HIV/AIDS, herpes, atau hepatitis. Contoh obat antiviral adalah amatadine, acyclovir, gansiclovir, ribavirin, zidovudine, dan indoksurdin.
Obat antijamur digunakan untuk mengobati infeksi jamur pada tubuh. Contoh obat antijamur adalah fluconazole, ketoconazole, miconazole, dan terbinafine.
SOURCES:
- Page 7: Penggolongan antibiotik berdasarkan spektrum kerjanya
- Page 6: Penggolongan antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya
- Page 13: Penjelasan tentang antiparasit
- Page 10: Penjelasan tentang antiviral
ANTIDABETES
Efek samping dari obat generasi I adalah sekitar 4%, tapi lebih rendah untuk generasi II. Salah satu risikonya adalah hipoglikemia, yang bisa sampai ke koma. Risiko ini lebih tinggi pada pasien tua dengan masalah pada hati dan ginjal, terutama jika mereka menggunakan obat dengan efek yang bertahan lama.
Ada juga efek samping lain seperti mual, muntah, diare, dan masalah pada darah, sistem saraf, dan mata. Masalah pencernaan ini bisa dikurangi dengan mengurangi dosis obat, mengonsumsinya bersama makanan, atau membagi dosis dalam beberapa kali minum. Gejala pada sistem saraf bisa berupa pusing, kebingungan, atau masalah koordinasi. Gejala pada darah termasuk penurunan jumlah sel darah putih atau bahkan kehilangan sel darah putih sepenuhnya.
Ada juga efek lain seperti hipotiroidisme dan penyumbatan pada saluran empedu, yang biasanya bersifat sementara dan lebih sering terjadi akibat obat klorpropamid. Orang tua cenderung lebih berisiko mengalami hipoglikemia karena respons tubuh yang menurun dan mungkin pola makan yang kurang. Hipoglikemia pada orang tua bisa sulit untuk dideteksi karena muncul perlahan tanpa tanda-tanda yang jelas, dan bisa menyebabkan gangguan pada otak hingga koma. Pengurangan kecepatan pengeluaran klorpropamid dari tubuh dapat meningkatkan risiko hipoglikemia.
Golongan Sulfonilurea • Golongan 1 terdiri dari tolbutamid, tolazamid, asetoheximid, dan klorpropamid. • Golongan 2 yang memiliki potensi hipoglikemik lebih tinggi antara lain adalah gliburid, glipizid, gliklazid, dan glimepirid. •
Mekanisme kerja: Sering disebut insulin secretagogues, karena bekerja dengan merangsang pelepasan insulin dari granula-granula sel beta pankreas.
Dalam kasus ini, saat pasien mengalami hipoglikemia dengan kadar gula darah 80 mg/dL, ada beberapa kemungkinan terkait obat yang bisa menjadi penyebabnya. Dari obat-obat yang dikonsumsi oleh pasien:
1. Metformin: Biasanya tidak menyebabkan hipoglikemia secara langsung. Efek samping utamanya adalah masalah pencernaan seperti mual, diare, atau sakit perut. Namun, jika dikonsumsi bersama obat lain yang menurunkan gula darah, bisa meningkatkan risiko hipoglikemia.
2. Glibenclamide: Ini adalah obat golongan sulfonilurea yang memiliki risiko yang cukup tinggi untuk menyebabkan hipoglikemia. Glibenclamide merangsang pankreas untuk melepaskan lebih banyak insulin, sehingga dapat menurunkan kadar gula darah secara signifikan.
Dalam kasus pasien ini, glibenclamide lebih mungkin menjadi obat yang patut dicurigai sebagai penyebab hipoglikemia karena sifatnya yang merangsang sekresi insulin. Jika pasien mengalami hipoglikemia, penting untuk segera memeriksa ulang dosis obat yang diberikan dan berkonsultasi dengan profesional medis untuk penyesuaian dosis atau perubahan pengobatan yang diperlukan.
Berikut ini adalah ringkasan tentang golongan meglitinid dan mekanisme kerjanya beserta contohnya:
• Golongan meglitinid adalah obat yang merangsang sekresi insulin oleh pankreas dengan cara menutup kanal K yang ATP-independent di sel beta.
Obat ini memiliki onset cepat dan waktu paruh pendek, sehingga cocok untuk mengontrol gula darah setelah makan.
• Contoh obat dalam golongan ini adalah repaglinid dan nateglinid. Repaglinid memiliki dosis 0,25-4 mg per hari, maksimal 16 mg. Nateglinid memiliki dosis 20 mg setelah makan, dianjurkan/disesuaikan jika dalam pengobatan oral sudah dapat CYP3A4, cenderung waktu paruh 1,5 jam.
• Efek samping obat ini antara lain adalah hipoglikemia, gangguan pencernaan, alergi, dan interaksi obat dengan obat lain yang memengaruhi metabolisme hati.
Saya harap jawaban ini membantu Anda. 😊
Komentar